Teori dan Praktek Konstruksi Bangunan Prafabrikasi RISHA

Bab 1 Pendahuluan

Sektor perumahan sering dianggap sebagai pekerjaan paling tradisional dalam hal pelaksanaan konstruksinya, terutama konstruksi yang melibatkan batu dan bata. Teknik konstruksi ini masih banyak diterapkan secara luas dalam industri perumahan di negara berkembang seperti Indonesia. Namun demikian, metoda konstruksi tradisional membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih lama, menghasilkan limbah dan efisiensi produk yang rendah.

Salah satu kemajuan signifikan dalam industri perumahan adalah teknik konstruksi di luar lokasi atau OSC (Off-Site Construction). Teknik ini telah ada sejak lama, tetapi baru saja viral karena kemajuan di bidang manufaktur. OSC memiliki banyak potensi dan bahkan disebut sebagai salah satu metode konstruksi paling modern. OSC telah dianggap sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi ekspektasi dalam hal kecepatan dan masalah kualitas yang dihadapi industri konstruksi global.

Terdapat beberapa istilah berbeda yang digunakan untuk mendefinisikan OSC, seperti fabrikasi di luar lokasi OSF (Off-Site Fabrication), manufaktur di luar lokasi OSM (Off-Site Manufacturing), pra-perakitan (pre-assembly) dan prafabrikasi (prefabrication). Untuk seterusnya dalam tulisan ini, prafabrikasi adalah istilah yang akan digunakan.

Salah satu manfaat prafabrikasi adalah tingkat kontrol kualitas yang jauh lebih tinggi daripada metode tradisional. Logikanya, komponen yang dibangun di pabrik akan menjalani inspeksi rutin yang lebih baik (untuk memastikan bahwa komponen tersebut memenuhi semua standar keselamatan dan kualitas yang diperlukan). Pengerjaan komponen rumah dilakukan di pabrik menggunakan mesin, sementara perakitannya dikerjakan di lokasi konstruksi sehingga dapat menghemat banyak waktu dan jauh lebih cepat daripada metode tradisional. Hal ini sangat bermanfaat untuk proyek-proyek besar yang perlu diselesaikan dengan cepat, seperti konstruksi gedung perkantoran, kompleks apartemen, atau pengembangan perumahan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Contoh Rumah yang Dibangun dengan Metoda Prafabrikasi

1.1. Definisi Prafabrikasi

Prafabrikasi berasal dari kata pre-fabricate, artinya membuat infrastruktur sehingga bagian-bagiannya tinggal dipasang saja. Prafabrikasi adalah proses pembuatan komponen atau sub-sistem bangunan sebelum proses pemasangan di lokasi proyek. Prafabrikasi dapat termasuk proses seperti pemotongan, pembentukan, pengelasan, dan perakitan, yang dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu pembuatan, dan biaya produksi. Selain itu, prapabrikasi dalam konteks konstruksi juga dapat membantu meningkatkan kualitas komponen, serta mengurangi resiko kerja di lokasi proyek.

1.2. Sejarah Prafabrikasi

Ide untuk membuat komponen rumah di satu lokasi kemudian membangunnya di tempat lain ternyata merupakan ide yang sudah lama. Ada catatan bahwa orang-orang Romawi menggunakan komponen prafabrikasi untuk membangun benteng pertahanan dengan cepat di wilayah yang baru ditaklukkan. Keberadaannya semakin populer di abad ke-17, saat rumah berpanel dikirim dari Inggris ke koloni Cape Ann pada tahun 1624 untuk menyediakan rumah yang dapat berpindah-pindah bagi para nelayan, sesuai Gambar 2. Selanjutnya konsep rumah prefab modern menjadi lebih awam di sekitar abad ke-20. Dikenal juga dengan istilah lain rumah pracetak, ada tiga jenis bangunan yang termasuk kategori prafabrikasi, yaitu rumah manufaktur, rumah modular, dan rumah bergerak.

Gambar 2. Great House di Cape Ann yang Kemudian Dibongkar dan Dipindah ke Massachusetts untuk Menjadi Rumah Gubernur

Sampai akhirnya, konstruksi prafabrikasi terus berkembang di abad ke-21, dengan pengembangan bahan, teknik kerja, dan desain yang baru. Saat ini, metoda prafabrikasi digunakan untuk membangun berbagai struktur, termasuk rumah, apartemen, dan bangunan komersial lainnya. Pemanfaatan teknik bongkar pasang, sistem sambungan yang praktis dan sederhana, serta metode konstruksi yang semakin mudah telah membuka jalan yang lebih luas bagi penggunaan prafabrikasi di bidang arsitektur. Konstruksi prafabrikasi semakin banyak digunakan sebagai cara untuk mengurangi biaya, waktu, dan dampak lingkungan dari pekerjaan lapangan.

1.3. Jenis Konstruksi Prafabrikasi

Dalam prafabrikasi, teknologi yang terlibat adalah sistem konstruksi, material, dan transportasi. Kategori prafabrikasi yang tersedia saat ini adalah cetakan volumetrik, panel, hibrid, dan sub-rakitan komponen, sebagai berikut:

  • Rangka kayu CNC timber framing adalah cara merakit bangunan yang banyak ditemukan pada arsitektur Jepang, Cina, dan Korea seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Fabrikasi Rangka Kayu CNC untuk Merakit Bangunan
  • Cetakan Beton atau concrete system adalah teknik prafabrikasi dengan menggunakan unit komponen kecil seperti blok bata beton, panel beton ataupun beton pracetak (pre-cast) seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Fabrikasi Cetakan Beton untuk Merakit Bangunan
  • Rangka Baja (Steel Framing) adalah konsep struktur dan sistem menyambung komponen yang sama dengan rangka kayu, hanya saja lebih unggul dari segi kekuatan dan keringanan seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Fabrikasi Rangka Baja untuk Merakit Bangunan
  • Panel sandwich adalah pengembangan dari konsep panel 2X4 yang merupakan metode primer untuk membangun hunian pada abad ke-19. Seperti pada Gambar 6, panel sandwich memiliki komposisi material properti yang berbeda-beda dan mengkombinasikan level insulasi serta kapabilitas struktur, untuk menghasilkan panel yang mampu menahan beban yang lebih baik dari panel kayu biasa.
Gambar 6. Contoh Komposisi Panel Sandwich Sebagai Komponen Bangunan
  • Sistem Modular adalah sistem konstruksi yang bekerja dengan modul-modul atau komponen dan bagian dari sistem yang terstandarisasi, dengan dimensi dan bentuk yang sama dan presisi, sebagai komponen bangunan atau sebagian bangunan seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Contoh Fabrikasi Sistem Modular Sebagai Komponen Bangunan

Perumahan prafabrikasi memiliki tren potensial untuk terus berkembang dan beradaptasi seiring dengan terobosan teknologi, kondisi pasar, dan perubahan preferensi konsumen. Disamping segala kekurangannya, membangun dengan sistem prafabrikasi memiliki beberapa nilai positif bagi konsumen, antara lain adalah:

  1. Mengurangi nilai biaya bangunan hingga 20%
  2. Mempercepat waktu konstruksi hingga 50%
  3. Waktu dan biaya pembangunan lebih terukur pasti
  4. Peningkatan kualitas bangunan, termasuk kinerja energi atau seismik yang lebih baik.

Bab 2 Teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA)

2.1. Sejarah Perkembangan RISHA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut sensus penduduk realtime dari situs worldometers.info, Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak saat ini sesuai Gambar 8. Dengan jumlah penduduknya yang tinggi, Indonesia membutuhkan rumah tinggal yang banyak dan layak untuk warganya. Selain itu, Indonesia adalah negara yang terletak di jalur cincin api Pasifik, yang menyebabkannya menjadi salah satu daerah paling rawan gempa. Sehingga, membangun rumah tahan gempa sangat diperlukan untuk meminimalisasi kerusakan dan memberikan tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

Gambar 8. Populasi penduduk Indonesia

Ir. Arief Sabarudin dari Badan Riset Litbang Pemukiman Kementerian Pekerjaan Umum, menemukan sistem prafabrikasi yang disebut dengan RISHA. Rumah Instan Sederhana Sehat merupakan pengembangan teknologi konstruksi RSH yang mengacu pada Kepmen Kimpraswil No. 403/2002. RISHA mengusung teknologi Instan dan Knock Down yang dikaji dan diteliti oleh Puslitbang Permukiman pada tahun anggaran 2004 dan diluncurkan ke pasar pada tanggal 20 Desember di tahun yang sama.

Gambar 9. Situs Blog Ir. Arief Sabarudin Pelopor Sistem RISHA

Semenjak peluncurannya, tercatat permintaan bangunan RISHA terus bertambah. Karena sebagai sistem modular, RISHA termasuk berhasil dalam penerapannya. Terutama di daerah paska bencana seperti Aceh, NTB, Cianjur, dan lain-lain. Selanjutnya di tahun 2005, Kantor Kementerian Perumahan Rakyat memprogramkan pembangunan kembali 11000-unit rumah, menggunakan teknologi RSH sistem RISHA dalam upaya rehabilitasi perumahan pasca bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara. Sebanyak 5,8 juta unit Pembangunan RISHA yang tahan gempa telah dilakukan sejak tahun 2004, dan di tahun 2007 terdapat kurang lebih 6 juta unit RISHA. Dengan jumlah sebanyak itu, ternyata RISHA masih dirasakan kurang untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat yang terus meningkat.

Di tahun 2016, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, melakukan pencanangan pembangunan rumah khusus bagi nelayan di Desa Kedung Malang, Jepara, Jawa Tengah. Rumah nelayan ini dibangun dengan ukuran 58 meter persegi dua lantai. Di samping berfungsi sebagai rumah, lantai bawah RISHA juga akan berfungsi sebagai tempat bekerja.

Gambar 10. Rumah Prafabriakasi RISHA untuk Nelayan di Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya, Kementerian PUPR membangun 285 rumah khusus di daerah perbatasan di Atambua, Nusa Tenggara Timur. Pembangunan dilakukan di daerah yang berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste menggunakan teknologi RISHA yang sudah memenuhi kategori Eco House.

Tahun 2018, dilakukan pembangunan rumah RISHA korban gempa bumi Lombok dan korban gempa bumi Sulawesi Tengah. Dan yang terakhir, tahun 2022, Pembangunan rumah RISHA tahap pertama untuk korban gempa Cianjur, Jawa Barat, sedang berjalan.

2.2. Konsep Dasar dan Komponen RISHA

RISHA mempunyai konsep bahwa seluruh komponen rumah bersifat knock down system atau dapat di bongkar-pasang, sehingga memiliki struktur fleksibel, yaitu sesuai kebutuhan dan dikembangkan menurut selera pemilik (misalnya konsep rumah tumbuh). Beberapa fitur dan karakteristik utama RISHA meliputi desain yang modular, hemat energi, sehat, terjangkau, dan tangguh. Berikut adalah rinciannya:

  1. Desain modular: RISHA dibangun menggunakan komponen yang mudah diangkut dan dirakit di lokasi perumahan. Desain modular ini memungkinkan RISHA dibangun dengan cepat dan efisien, serta memudahkan penyesuaian ukuran dan tata letak rumah sesuai kebutuhan keluarga yang berbeda.
  2. Hemat energi: Rumah RISHA dirancang untuk hemat energi, dengan fitur material insulasi sehingga nyaman walaupun tanpa mesin tata udara.
  3. Sehat: RISHA dirancang agar sehat, dengan fitur-fitur seperti ventilasi yang baik, pencahayaan yang baik, serta sistem air bersih dan sanitasi untuk meningkatkan kondisi hidup yang sehat.
  4. Biaya Terjangkau: RISHA dibuat agar biaya rumah semakin terjangkau, dengan tujuan menyediakan tempat tinggal bagi keluarga berpenghasilan rendah.
  5. Tangguh: RISHA dirancang agar kuat dan tahan lama, dengan tujuan mampu bertahan dari bencana alam seperti gempa bumi dan banjir. Desain RISHA lebih tahan terhadap kerusakan dan memungkinkannya untuk diperbaiki atau diganti dengan mudah (jika diperlukan).
Gambar 11. Diagram Karakteristik Utama RISHA

Sedangkan komponen-komponen RISHA sendiri adalah sebagai berikut:

  • Pondasi: Komponen ini berguna untuk menjaga agar panel struktural RISHA dapat berdiri tegak dan menapak tanah dengan baik atau tidak mudah bergeser. Bahan dan cara pembuatan plat pondasi sama dengan pembuatan panel struktural, yang berbeda hanya ukurannya. Pondasi yang digunakan adalah pondasi rumah panggung dengan kedalaman 50cm. Pada pondasi ini dipasang beberapa komponen yaitu, cetakan panel beton struktural P1 (tebal 2,5, lebar 30 sentimeter), panel struktural P2 (tebal 2,5, lebar 20 sentimeter), dan panel simpul P3 berbentuk huruf L seperti pada Gambar 12.
Gambar 12. (a) Cetakan Panel Beton Struktural P1, P2, dan P3 Sebagai Pondasi RISHA
Gambar 12. (b) Contoh Pemasangan Pondasi RISHA dengan Panel P3 Diatasnya
  • Panel Struktural: Komponen ini terdiri atas tiga jenis cetakan beton yang disebut panel P1, P2, dan P3

a. Panel Struktural Tipe 1 (P1): Panel struktural (P1 dan P2) berfungsi sebagai pemikul beban yang bekerja, baik beban mati maupun beban hidup, dimana permukaannya tertutup dan tidak tembus pandang. Panel struktural ini dapat digunakan sebagai kolom maupun balok, dan sloof seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. (a) Dimensi Panel Beton Struktural P1
Gambar 13. (b) Contoh Pemasangan Panel P1 sebagai Sloof Atau Balok

b. Panel Struktural Tipe 2 (P2): Panel P2 biasanya digunakan sebagai komponen kolom penyangga (yang digabung bersama Panel P1) seperti pada Gambar 14.

Gambar 14. (a) Dimensi Panel Beton Struktural P2
Gambar 14. (b) Contoh Pemasangan Panel P2 sebagai Kolom Penyangga

c. Panel Simpul atau Penyambung: Panel P3 berfungsi sebagai simpul atau penyambung pemikul beban yang bekerja, baik beban mati maupun beban hidup, dimana permukaannya tertutup dan tidak tembus pandang. Sesuai Gambar 15, simpul merupakan titik pertemuan konstruksi antara kolom dan balok serta sloof, atau kaki kuda-kuda untuk atap.

Gambar 15. (a) Dimensi Panel Beton Struktural P3
Gambar 15. (b) Contoh Pemasangan Panel P3 Yang Menghubungkan Sloof yang Tersusun Dari Panel P1
  • Utilitas: Komponen ini merupakan cetakan pada bangunan yang berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan penghuninya.

a. Kamar Mandi: Jenis kamar mandi RISHA adalah kapsul, yaitu model yang dapat dibongkar pasang. Bahan dasar pembuatan kamar mandi ini adalah fiber, yang terdiri dari unsur-unsur resin, katalis dan mats atau serat fiber. Model kapsul ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu kapsul atas dan kapsul bawah seperti pada Gambar 16.

Gambar 16. Dua Bagian Utama Kamar Mandi RISHA Model Kapsul

b. Jaringan Air Bersih: Sistem air bersih RISHA pada dasarnya menghubungkan antara sumber air bersih (PDAM atau sumur) dengan unit rumah tinggal. Teknologi jaringan air RISHA dapat menggunakan tangki air atau tanpa tangki (dimana air mengalir langsung ke keran-keran).

c. Sistem Pipanisasi (Plumbing): Air limbah rumah tangga adalah buangan (berbentuk cair) dari proses aktivitas rumah tangga yang dapat menimbulkan pencemaran. Pengolahan air limbah RISHA dapat menggunakan dua metode, yaitu pengolahan air buangan kakus dan pengolahan air buangan non kakus seperti diperlihatkan pada Gambar 17.

Gambar 17. Diagram Sistem Pipanisasi RISHA
  • Non-Struktural: Komponen ini berguna untuk menjalankan fungsi rumah sebagai tempat berlindung dan memberi kenyamanan bagi penghuni. Jenis komponen non struktural RISHA adalah panel masif (dinding), panel jendela, dan panel pintu. Ketiga panel tersebut menggunakan dua jenis bahan, yaitu bahan kayu dan bahan panel.

a. Panel Partisi Masif: Komponen ini berfungsi sebagai panel pengisi yang permukaanya tertutup dan tidak tembus pandang, sehingga panel ini dapat digunakan sebagai pemisah ruangan. Sesuai Gambar 18, Bahan penutup panel terbuat dari bahan lembaran kedap air (seperti: Calcium Silica Board, GRC, atau bahan sekualitas), batu bata, batako, hebel, kayu lapis, bambu anyam, dan bahan lokal lainnya.

Gambar 18. Panel Partisi Masif RISHA menggunakan Calcium Silica Board dan GRC

b. Panel Partisi Jendela: Sesuai pada Gambar 19, RISHA biasanya memiliki jendela dan pintu yang dibuat menggunakan bingkai dan panel prafabrikasi. Panel jendela ini bisa dibuat menggunakan kayu, baja, atau bahan lainnya, dan dirancang agar hemat energi dan aman. Komponen ini berfungsi sebagai dinding pengisi yang permukaanya tertutup dan dilengkapi dengan lubang jendela. Selain digunakan sebagai pemisah ruang, panel jendela juga dapat digunakan sebagai penghubung visual ruang dalam dan ruang luar. Bahan lembaran panel dapat menggunakan bahan kayu dari papan minimal kelas III atau bahan lainnya seperti aluminium, atau baja ringan.

Gambar 19. Panel Partisi Jendela RISHA menggunakan Dinding Batako dan Kayu

c. Panel Partisi Pintu: Komponen ini berfungsi untuk mengisi pemisah ruangan yang dapat dilalui dengan cara membuka dan menutup bidang panelnya. Partisi pintu biasanya menggunakan dua jenis bahan, yaitu bahan kayu dan bahan panel. Saat fabrikasi, engsel pintu yang berhubungan dengan bagian luar maupun dalam dapat menggunakan engsel cabut tipe H atau setara arch, ukuran 2 ½” x 3”. Setiap daun pintu dipasang 2 buah engsel, sementara kunci pintu dapat menggunakan 2 slag atau setara dengan kuda terbang.

  • Atap: Komponen struktur ini berupa kuda-kuda, yaitu rangka yang dapat menopang atap seperti pada Gambar 20. Kuda-kuda yang digunakan pada teknologi RISHA terbuat dari bahan kayu. Persyaratan bahan kayu untuk kuda-kuda adalah: material dalam keadaan kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, mempunyai kelembaban kurang dari 15%, serta memenuhi persyaratan sesuai PKKI 1971-NI-5. Selain itu material yang digunakan adalah jenis kayu kelas II atau kayu kamper, borneo super terpilih.
Gambar 20. Komponen Atap RISHA menggunakan Tiga Batang Kayu

2.3. Konsep Dasar dan Komponen RISHA

Esensi pembangunan perumahan, untuk sistem RISHA pada khususnya, harus disertai dengan kegiatan penyediaan prasarana sarana dasar lingkungan yang sesuai dengan jumlah pemanfaat (jiwa) atau jumlah rumah terbangun. Agar perumahan sesuai dengan definisi Undang-Undang No.1 Tahun 2011, bahwa perumahan adalah kumpulan lahan sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak huni, maka proses pembangunan RISHA sebaiknya mengikuti langkah berikut ini:

1. Persiapan Lokasi

Langkah pertama dalam membangun sistem RISHA adalah mempersiapkan lokasi pembangunan. Selain pengambilan data sesuai Tabel 1 dan 2, kontraktor perlu meninjau lokasi untuk mengetahui beberapa hal seperti luas lahan, jenis tanah, kontur topografi, vegetasi sekitar, bangunan sekitar, ketersediaan infrastruktur (seperti jalan, air, listrik), cuaca, dan lain-lain. Data ini dibutuhkan agar desain bisa sesuai dengan kondisi tapak eksisting. Langkah ini juga akan melibatkan pembersihan lokasi, perataan tanah, dan memasang utilitas atau infrastruktur yang diperlukan. Lahan dibersihkan dari akar rumput dan humus hingga dirasakan tanah yang keras. Lahan yang dibersihkan untuk satu unit RISHA dengan luas tanah 5 x 8 m diatur seperti pada Gambar 21.

Tabel 1. Pertimbangan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Dalam Perencanaan Konstruksi RISHA
Tabel 2. Pertimbangan Fisik dalam Perencanaan Konstruksi RISHA
Gambar 21. Keperluan Pembersihan Lahan Konstruksi Satu Unit RISHA Dengan Luas 40m2

    2. Desain dan Perencanaan

    Desain RISHA biasanya didasarkan pada seperangkat rencana standar yang dikembangkan oleh pemerintah, tetapi dapat disesuaikan juga untuk memenuhi kebutuhan spesifik penghuni. Pada tahap desain, perancang akan mulai membuat konsep bangunan. Konsepsi dimulai dari tipologi bangunan, kebutuhan ruang beserta luasannya, zonasi ruang, alur sirkulasi, serta gaya desain berdasarkan data dan hasil diskusi dengan pihak yang berkepentingan. Hasil dari tahap ini adalah desain bangunan yang berupa konsep utama, konsep tapak, konsep ruang, konsep material, konsep struktur, serta konsep elektrik dan sistem pipa.

    Setelah konsep disepakati, tahap berikutnya adalah pengembangan desain. Enjiner akan membuat skematik berwujud gambar teknik atau digital dalam bentuk ruang. Hasil dari tahap ini akan dilanjutkan menjadi gambar yang lebih detail seperti bentuk bangunan 3D, denah, tampak, potongan, sistem struktur, sistem mekanikal elektrikal plumbing (MEP), dan spesifikasi material bangunan. Hasil gambar kerja atau yang sering disebut Detailed Engineering Design (DED) akan menjadi acuan dalam tahap pembangunan. Gambar kerja harus lengkap, jelas, dan detail agar dapat dipahami semua orang yang nantinya terlibat dalam konstruksi. Selain itu gambar kerja juga akan digunakan sebagai acuan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

    Produk akhir yang akan diberikan oleh pihak enjiniring adalah dokumen laporan desain, gambar kerja Detailed Engineering Design (DED), Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang didalamnya memuat daftar volume pekerjaan (Bill of Quantity atau BQ), serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Jika semua dokumen tersebut sudah lengkap, kontraktor bisa melanjutkan proses ke tahap berikutnya.

      3. Manufaktur Fabrikasi RISHA

      Setelah desain rumah RISHA selesai, komponen rumah prafabrikasi akan diproduksi di pabrik. Tahap ini mencakup pembuatan panel beton, balok dan kolom baja, rangka kayu, dan komponen prafabrikasi lainnya. Pengerjaan panel struktural RISHA terdiri dari tiga tahapan inti, yaitu: penulangan pokok dan sengkang, pemasangan tulangan dalam cetakan, pelaksanaan pengecoran, pembukaan cetakan, serta perawatan beton seperti pada Gambar 22.

      Gambar 22. Tata Cara Pengerjaan Panel Struktural RISHA (a) Penulangan Pokok dan Sengkang,
      (b) Pembuatan Cetakan Sesuai Dimensi Panel, (c) Pemasangan Tulangan Dalam Cetakan,
      (d) Pelaksanaan Pengecoran Panel

      Pada tahap pengecoran, kegiatan yang dilakukan meliputi: persiapan, penakaran, pengadukan, pengecoran, serta pemadatan. Hasil akhir dari tahapan ini adalah bahan beton dengan mutu yang setara K300 dan memiliki nilai slump ±100 mm. Cetakan dapat dibuka setelah 24 jam dari waktu pengecoran, dengan cara perlahan dan hati-hati. Seperti pada Gambar 23, beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, disarankan panel dibalik sehingga dapat diberi genangan air pada permukaannya.

      Gambar 23. Tahap Pembukaan Cetakan dan Perawatan Beton Panel RISHA

        4. Transportasi ke Lokasi

        Setelah produk selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah mengantarkannya ke konsumen untuk dipakai. Komponen prafabrikasi RISHA akan diangkut ke lokasi konstruksi dan disimpan sampai siap untuk dirakit. Proses pengantaran menjadi lebih mudah jika produk telah ditata sedemikian rupa. Langkah pengemasan komponen RISHA (panel struktural dan panel simpul) adalah dengan membuat alas pengepakan terlebih dahulu, dan selanjutnya melakukan pengepakan panel seperti pada Gambar 24.

        Gambar 24. Bentuk Pengepakan Panel RISHA

        5. Pra-Instalasi RISHA

        Ada dua hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan instalasi RISHA di lapangan, yaitu: pengukuran dan pemasangan papan duga serta penggalian pondasi. Bila lokasi bangunan akan dibangun di antara rumah-rumah yang telah ada, maka pengukuran mengikuti rumah yang telah ada. Namun bila lokasi yang akan dibangun berada di tempat yang baru atau jauh dari rumah-rumah yang telah berdiri, maka pengukuran dan pemasangan papan duga perlu dibuat sesuai Gambar 25. Untuk memudahkan mengontrol kelurusan dan ketinggian yang sama pada saat pemasangan panel penyambung pada pondasi dan balok sloof, disarankan elevasi sisi atas papan duga adalah 40 cm di atas muka tanah seperti pada Gambar 26. Langkah berikutnya adalah penggalian pondasi sesuai Gambar 27. Pola galian perlu dibuat lalu digali hingga kedalaman 20 cm dari permukaan tanah yang telah diratakan dan dibersihkan.

        Gambar 25. Pengukuran dan Pemasangan Papan Duga untuk Konstruksi Satu Unit RISHA
        Gambar 26. Pemasangan Elevasi Sisi Atas Papan Duga di Atas Muka Tanah
        Gambar 27. Skema Penggalian Pondasi untuk Konstruksi Satu Unit RISHA

        Sebelum dirakit, pastikan semua komponen pembentuk bangunan RISHA memiliki ketepatan dan keakuratan (atau presisi) yang baik (secara ukuran maupun lubang-lubang baut, dan baut yang tertanam pada komponen). Dengan toleransi penyimpangan ukuran, hanya diperkenankan sebesar 3 mm. Peralatan yang digunakan untuk merakit satu unit RISHA adalah kunci pas, kunci momen, tangga, perancah, water pass, pasekon kayu, pasekon baja, paku dan palu, ketam, serta benang. Sementara jumlah tenaga pelaksana konstruksi sekurang-kurangnya enam orang.

        6. Perakitan RISHA di Lapangan

        Gambar 28. Skema Tahapan Perakitan RISHA

        Gambar 28 memperlihatkan diagram pemasangan komponen prafabrikasi di lokasi konstruksi. Setelah melakukan pembersihan lokasi, pemasangan papan duga, dan penggalian pondasi, langkah berikutnya adalah memasang panel pondasi. Lalu menyambung panel antar pondasi, memasang balok sloof, kolom, balok atas, ampig kuda-kuda dan gording, pemasangan penutup atas dan lisplang, pengurugan dan pemasangan lantai, pemasangan panel dinding jendela pintu dan ampig, pemasangan daun pintu dan jendela, serta yang terakhir adalah finishing dan pembersihan.

        Agar lebih jelas, berikut pembahasan setiap tahapnya:

        • Pemasangan Pondasi: Sesuai Gambar 29, hamparkan pasir urug pada galian pondasi dan padatkan sehingga diperoleh tebal padat pasir urug dibawah pondasi sebesar 8 cm. Lalu tempatkan pondasi plat pada masing-masing galian dan atur sedemikian rupa sehingga baut yang tertanam pada pondasi sejajar dengan benang as dinding (baik pada arah lebar maupun panjang bangunan). Setelah itu, pasang panel-panel penyambung pada setiap pondasi sesuai Gambar 30.
        Gambar 29. Langkah Pemasangan Pondasi RISHA
        Gambar 30. Langkah Pemasangan Panel Penyambung pada Pondasi RISHA
        • Pemasangan Balok Sloof: Sesuai Gambar 31, pasang panel balok pada panel-panel penyambung yang telah terpasang pada pondasi. Sambungkan panel satu dengan panel lainnya dengan menggunakan sambungan mur dan baut. Lakukan pengecekan kelurusan dan kerataan setiap balok, dengan berpedoman pada benang-benang as dinding yang ada. Bila seluruh panel-panel balok telah terpasang, kencangkan sambungan mur baut hingga mencapai kekuatan penuh.
        Gambar 31. Contoh Pemasangan Panel Balok Untuk Sloof
        • Pemasangan Kolom: Sesuai Gambar 32, pasang panel-panel kolom setelah panel balok sloof terpasang, dan dikencangkan dengan kekuatan penuh. Gunakan water pass untuk mengecek panel-panel kolom terpasang secara vertikal.
        Gambar 32. Langkah Pemasangan Panel Kolom RISHA
        • Pemasangan Balok Atas: Sesuai Gambar 33, pasang panel-panel penyambung, lalu pasang panel-panel ring balok atas. Sebelum sambungan kolom-kolom dikencangkan penuh, gunakan water pass untuk mengecek bahwa panel-panel kolom sudah terpasang secara vertikal.
        Gambar 33. Contoh Pemasangan Balok Atas RISHA
        • Pemasangan Ampig sebagai Kuda-kuda dan Gording: Sesuai Gambar 34, pasang panel kolom pada kolom tengah bangunan, lalu pasang kuda-kuda dari kayu 5/10 cm. Gunakan baut untuk sambungan kaki kuda-kuda dengan kolom dan balok, lalu pasang gording kayu 5/10 dengan menggunakan sambungan paku.
        Gambar 34. Contoh Pemasangan Rangka Ampig
        • Pemasangan Penutup Atap dan Lisplang: Sesuai Gambar 35, pasang penutup atap sebelum pekerjaan pemasangan dinding dan pekerjaan lantai. Pekerjaan penutup atap dilakukan lebih dahulu agar pekerja terlindung dari terik matahari saat melakukan pekerjaan lain, seperti pengurugan.
        Gambar 35. Contoh Pemasangan Penutup Atap dan Lisplang
        • Pengurugan dan Pemasangan Lantai: Sesuai Gambar 36, pekerjaan pengurugan dan pemadatan dilakukan sesuai SNI 03 dengan tebal padat 20 cm. Sebarkan pasir urug dan padatkan hingga mencapai tebal padat 5 cm, lalu pasang lantai paving blok 20/20 cm dari bahan campuran tanpa adukan spesi.
        Gambar 36. Contoh Pengurugan dan Pemasangan Lantai
        • Pemasangan Panel serta Daun Pintu dan Jendela, Panel Dinding, juga Panel Ampig: Pada tahap ini, komponen struktur dan rangka bangunan sudah selesai terpasang. Kebutuhan RISHA lainnya adalah melengkapi panel-panel dinding, panel jendela, panel pintu, panel ampig, daun serta kaca pintu dan jendela. Lakukan pengaturan dan penyesuaian sampai pintu dan jendela dapat dibuka dan ditutup dengan mudah sesuai Gambar 37.
        Gambar 37. Contoh Hasil Pemasangan Panel Dinding, Pintu, dan Jendela
        • Pekerjaan Finishing dan Pembersihan: Tahap ini meliputi pekerjaan pengecatan, pembersihan lapangan, serta dekorasi interior dan eksterior rumah. Pengecatan dilakukan sesuai dengan SNI 03 tentang tata cara pengecatan. Sementara pembersihan lapangan dilakukan untuk mempersiapkan rumah agar siap ditempati.

        2.4. Pasca Konstruksi dan Industrialisasi RISHA

        Gambar 38. Diagram Pemeriksaan Pasca Perakitan RISHA

        Setelah dirakit, ketepatan dan keakuratan komponen-komponen RISHA harus diperiksa terlebih dahulu (untuk memastikan bahwa kualitas kerja instalasi sudah sesuai standar dan presisi). Sesuai Gambar 38, Semua komponen pembentuk bangunan harus memiliki presisi yang baik, penyimpangan ukuran yang diperkenankan hanya sebesar 3 mm. Lebih lengkapnya, tahap pemeriksaan hasil konstruksi RISHA adalah sebagai berikut:

        • Pemeriksaan Pondasi Terpasang: Sesuai Gambar 39, pastikan benang selalu berada di atas as panel simpul, baik di sepanjang arah lebar bangunan atau di sepanjang arah panjang bangunan.
        Gambar 39. Pemeriksaan Pondasi Terpasang
        • Pemeriksaan Balok Sloof Terpasang: Sesuai Gambar 40, tempelkan water pass pada permukaan balok sloof secara vertikal dan horizontal untuk memeriksa kelurusan dan tegaknya balok sloof. Selanjutnya, tempelkan pasekon kayu segitiga siku-siku 100 x 100 cm pada setiap sudut bangunan untuk memeriksa dinding saling tegak lurus. Lalu ukur kekencangan baut dengan menggunakan kunci momen.
        Gambar 40. Pemeriksaan Balok Sloof Terpasang
        • Pemeriksaan Kolom Terpasang: Sesuai Gambar 41, gunakan water pass untuk mengukur kelurusan komponen kolom. Setelah itu, gunakan pasekon kayu untuk mengukur kolom tegak lurus terhadap bidang horizontal. Atur jarum penunjuk pada kunci momen hingga menunjukkan 5,5 kgm atau 2,75 kgm, masing-masing untuk ½ kekuatan dan kekuatan penuh sambungan, lalu kencangkan mur baut. Gunakan kunci momen yang telah diatur tersebut untuk mengencangkan mur hingga terdengar suara klik, yaitu tanda bahwa penyambung mur baut telah mencapai kekuatan yang diinginkan.
        Gambar 41. Pemeriksaan Kolom Terpasang
        • Pemeriksaan Balok Ring Terpasang: Cara pengukuran kelurusan dan kerapihan balok ring sama seperti yang dilakukan pada balok sloof. Untuk memudahkan pengecekan, gunakan tangga atau perancah pada saat melakukan pengukuran.
        • Pemeriksaan Atap, Lantai, Panel Dinding, Jendela, Pintu, dan Panel Ampig: Setelah pengecekan instalasi struktur, langkah berikutnya adalah pemeriksaan komponen pendukung. Gunakan meteran untuk mengukur lebar, panjang, maupun ketebalan dari diameter rangka panel jendela, pintu, dan dinding. Pastikan semua dimensi ukuran sesuai dengan gambar dan ketentuan teknis yang disyaratkan. Pastikan bahwa kayu yang digunakan untuk kuda-kuda, rangka jendela, pintu, panel dinding, dan ampig terpasang lurus, tidak retak (terutama pada sambungan) dan diserut secara halus. Pastikan semua siku tegak lurus bila dilihat dengan menggunakan pasekon. Pastikan bahwa ketebalan hardplek atau triplek dan diameter kaca sudah sesuai dengan ketentuan gambar kerja. Pastikan bahwa pada saat pemasangan tidak terdapat celah antar panel. Bila terdapat celah, maka celah tidak boleh lebih dari 3 mm.

        Bab 3 Penutup

        3.1. Perbandingan RISHA dengan Teknologi Lainnya

        Jika ingin memiliki rumah sendiri namun terbatas modal minim, luas lahan, dan lain sebagainya, maka sudah saatnya beralih ke bangunan prafabrikasi sebagai solusi rumah modern. RISHA memiliki beberapa karakteristik unik secara ukuran dan desain, biaya yang terjangkau sesuai Tabel 3, fabrikasi yang praktis, serta daya tahan yang tinggi.Beberapa keunggulan RISHA adalah:

        1. Seluruh komponennya bersifat bongkar pasang, sehingga dapat dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain
        2. Dapat dibangun dengan cepat sesuai deskripsi pada Tabel 4
        3. Kualitas komponen strukturnya dirancang tahan terhadap bencana alam
        4. Komponennya bersifat multifungsi, karena selain dipakai sebagai kolom, sloof, balok, dan pondasi, cetakannya juga dapat digunakan untuk membuat pagar atau saluran grill
        5. Dapat diproduksi massal, karena materialnya ringan dan teknologi fabrikasinya sederhana
        Tabel 3. Perbandingan Biaya Konstruksi Rumah Konvensional Terhadap RISHA
        Tabel 4. Perbandingan Waktu Konstruksi Rumah Konvensional terhadap RISHA

        Rumah prafabrikasi juga memiliki sejumlah kekurangan. Kelemahan dari sistem RISHA adalah sebagai berikut:

        1. Beban lantai tidak boleh melebihi 125 kg per m2. Jadi, saat ada perubahan fungsi ruang, tidak boleh ada penambahan beban melebihi batas yang ditentukan.
        2. Rumah prafabrikasi memiliki sedikit ruang untuk penyesuaian, dimana ukuran dan bentuk komponen tidak bisa dikostumisasi. Komponennya mengacu pada dimensi modular yang kaku. Cetakannya hanya boleh kelipatan 3 dan 1,5 meter.
        3. Perlu dipahami jika rumah prafabrikasi tidak mudah untuk dijual kembali seperti rumah konvesional biasanya. Status rumah prafabrikasi masih dianggap sebagai bangunan temporal, bukan untuk jangka panjang sehingga lebih sulit dijadikan investasi. Selain itu, jika calon pembeli ingin mendapatkan hipotek untuk membayar rumah, mereka akan mengalami kesulitan pembiayaan. Pemberi pinjaman akan menyangsikan rumah prafabrikasi dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

        3.2. Manfaat RISHA Secara Sosial dan Ekonomi

        Setelah 20 tahun lebih dikembangkan, ada jutaan unit RISHA yang berhasil dibangun. Padahal awalnya, RISHA hanya digunakan untuk perumahan masyarakat berpenghasilan rendah, serta diterapkan untuk mengatasi perumahan pengungsi, rumah darurat, dan untuk bangunan tidak permanen. Namun pada perkembangannya, RISHA secara langsung diaplikasikan oleh International Organization for Migration (IOM). Bahkan, beberapa negara juga berminat membangun RISHA. Selain Pakistan, saat ini sedang dijajaki peluang ekspor teknologi RISHA ke Tahiti.

        Inovasi RISHA tidak hanya menguntungkan penggunanya, melainkan juga pembuatnya. Fabrikasi RISHA bukan hal yang sulit, pembuatan komponen dan pemasangannya bisa dipelajari dengan mudah oleh siapapun. Praktek pembuatan RISHA juga tidak perlu biaya yang mahal, sehingga konstruksinya bisa dikerjakan oleh UMKM dengan beberapa orang saja. Ketertarikan dunia membangun RISHA adalah bukti bahwa RISHA berhasil mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, konteks lingkungan, budaya, karakteristik, dan kemampuan rakyat melalui pendekatan yang tepat.

        Leave a Reply